Menyulap Tempat Pembuangan Sampah Menjadi Wisata Rakyat Murah Meriah
Wisata Air Taman Tirta Wolulas Kali Gajah Wong, Kelurahan
Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Jogja, diambil dari atas kapal terlihat
bersih, Sabtu (06/07).
ali Gajahwong yang mengalir di
Kelurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo, menjadi lokasi wisata air yang
terjangkau masyarakat. Sebelumnya, daerah di sekitar aliran sungai tersebut
adalah tempat pembuangan sampah.
“Satu-satunya
di Kota Jogja untuk kegiatan Kali Gajah Wong ataupun kali manapun yang ada
kapal cuma disini,” kata koordinator kegiatan Wisata Air Taman Tirta Wolulas Kali
Gajahwong, Afdol Mustaqim, Sabtu (06/07/19).
Bermula
dari gagasan yang dibawa Mustaqim ke forum RT tahun 2016 silam, pada saat itu
beliau melihat kondisi bantaran aliran Kali Gajah Wong yang kumuh dan susah
untuk dilewati. Berangkat dari permasalahan itulah beliau bersama warga
setempat pada awalnya berinisiatif untuk merubah menjadi akses jalan yang agak
lebar. Pada kala itu, warga swadaya hingga terkumpul dana sebesar Rp. 24 juta
yang digunakan untuk membeli ban, pelampung, perahu karet, dan dermaga dari
bambu.
Setelah
Februari 2016, pengelola membeli beberapa ban untuk kegiatan wisata alam berupa
trip river tubbing start dari jembatan XT Square sampai kembali lagi ke
titik yang kini disebut Dermaga Kapal Wisata Cinta Kali Gajah Wong yang
ditempuh selama 1 jam. Mustaqim juga menjelaskan bahwa kondisi wisata tersebut
belum sepenuhnya sempurna dan masih dalam tahap pengembangan, namun sudah
banyak pengunjung yang tertarik, pada saat itu hanya motor saja yang bisa
melewatinya bahkan kondisi jalan yang masih tanah.
Ditahun
kedua, di tahun 2018, pengelola mengajukan proposal dana ke Dinas Pariwisata
DIY dan mendapatkan bantuan dana sebesar Rp. 380 juta. Dana tersebut digunakan
untuk menggarap paving block, panggung dan pengadaan gazebo 2 unit. Pada saat
itu juga kondisi debit air mulai turun karena musim kemarau, mengakibatkan
kondisi aliran sungai sudah tidak nyaman lagi untuk dilakukan tubbing akhirnya
diganti dengan kapal kayu. “Dari situ kita sering mengadakan event dan ramai
pada waktu itu, cuman lama kelamaan dari pengunjung itu kok kapal kayu kok
capek apalagi dayung sendiri,” ujar Mustaqim.
Dibulan
Februari 2018 wisata ini mendapatkan hadiah 2 unit kapal, sebagai ucapan
terimakasih dari kelurahan Giwangan karena wisata ini sudah menjadi pioner
kelurahan Giwangan. “Sekarang sudah ada pemasukan dari kapal, sudah jadi duit,
kita bisa sisihkan untuk perawatan ya untuk macem-macem,” tutur bapak 2 anak
tersebut.
“Tujuan
kegiatan wisata ini ya tujuan kami, yang pertama untuk ngopeni atau ngururi
bantaran Kali Gajah Wong yang dulunya kumuh, yang kedua kita ingin
memelihara air, karena kondisi air kan sangat penting untuk lingkungan terutama
waktu kita diawal-awal kita sering melakukan tubbing tujuan utama bukan wisata
tapi untuk menghilangkan kebiasaan warga kalau pagi BAB di kali, lama kelamaan
mereka risih karena kita sering lewat, dan juga waktu banyak sekali limpahan
saluran air dari limbah kamar mandi mapun sapitenk langsung masuk ke
kali, sekarang sudah berkurang banyak hampir 70%,” terang Mustaqim.
Pengunjung
diarahkan untuk datang pada sore hari karena cuaca yang sudah tidak panas.
Selain itu pengunjung juga dimanjakan dengan adanya trip kapal wisata yang
membawa pengunjung menyusuri dari Kali Gajah Wong hingga Jembatan Tegal Gendu,
lalu berputar balik menuju selatan hingga mendekati dam dan kembali ke dermaga.
Ongkos naik kapal sekali perjalanan Rp. 5.000 per orang dengan estimasi
perjalan 15 menit pulang pergi yang berjarak 1 km.
“Kalau
minggu itu paling banyak, bahkan kalau data 100 orang itu minimal, cuman kan
datang semua itu ndak tentu semua naik kapal, cuma istirahat santai kalau nggak
ya orang-orang mancing,” kata Mustaqim.
Sejumlah
fasilitas yang ditawarkan dari wisata air disini bermacam-macam berikut
penjelasan dari Mustaqim, “Fasilitas yang kami tawarkan disini ya kaya panggung
ini walapun sederhana ya alhamdulillah selama ini sering kali digunakan, kalau
dari dinas itu sering dari kominfo, kalau nggak dari keluarga untuk arisan, kan
kita siapkan paketan disitu, terus kemarin 180 orang disini diatas, dan kita
gelarkan tikar dibawah”.
Paketan
untuk mengadakan event disini bisa perorang atau perrombongan, untuk tarif
rombongan minimal 30 orang dikenakan biaya sebesar Rp. 25.000 perorang sudah
termasuk makan siang soto bumbung, trip kapal wisata 1 kali perjalanan, free
kamar mandi, free parkir, sound system, tikar. Apabila hanya ingin menyewa
tempat saja, dikenakan tarif sebesar Rp. 150.000/hari sudah meliputi sound
system, tikar, biaya kebersihan.
“Kita
nggak kejar harus dapat keuntungan, nggak, yang penting ini untuk kegiatan aja
kita udah seneng, yang kedua, bisa untuk input ke kas kegiatan pengelola,”
imbuh Mustaqim.
Pengunjung
dapat menikmati wisata ini pada hari selasa sampai jumat mulai dari jam 16.00 untuk warung sendiri jam 14.00
sudah buka. Untuk hari sabtu dan minggu buka mulai jam 09.00, untuk hari senin
libur.
Menurut
penuturan Mustaqim permasalahan yang sering ditemui adalah sampah. Apabila
tidak ada tamu atau pengunjung, biasanya digunakan Mustaqim bersama
rekan-rekannya untuk bersih-bersih sampah, dengan menjaringnya dan dikumpulkan.
Pentingnya komunitas dari hulu sampai hilir sangat dibutuhkan menurut Mustaqim
supaya teman-teman komunitas disana bisa ikut langsung mengkampanyekan ke warga
agar tidak membuang sampah ke sungai.
Menurut
penuturan Mustaqim, setelah diadakan event saat hari air sedunia kemarin,
banyak tokoh-tokoh melirik tempat ini, “Karena sudah mulai ada perhatian terus
ada konsekuen sendiri, inshallah ditahun ini juga atau paling lambat
tahun 2020 sudah mulai ditata baik untuk talutnya, untuk kerapiannya, untuk
akses jalan seperti ini kesana, terus
nanti ada gazebo-gazebo. Kalau yang kota tahun ini juga sudah mulai, ini kan
ada anggaran masuk hampir 11 milyar, untuk diganti batu candi, pager ini dibuat
pager besi, terus ada lampu-lampu pariwisata sepanjang Gajah Wong ini sampai
dengan jembatan, terus ada lampu sport ke kalinya biar kalau banjir bisa
terdeteksi ataupun kalau malam itu bisa jalan,” terang Mustaqim. Dari 11 M itu
juga termasuk untuk memperbaiki ataupun mensupport warga yang sudah bersedia
mundur dari yang terlalu mepet dengan wilayah bantaran sungai. “Kan disini ada
sekitar 25 rumah yang terlalu mepet sudah mundur dengan biaya sendiri, dibantu
dengan itu, masing-masing sebesar Rp. 15 juta perumah,” kata Mustaqim.
Selain
bertujuan untuk menghilangkan sampah, keberadaan taman ini dimanfaatkan untuk
menjadi wisata. Dan berkat adanya pemberdayaan masyarakat setempat diharapkan
nantinya mampu untuk mendongkrak ekonomi warga setempat.
“2017
akhir, 1 tahun berjalan kita masuk baru ada bantuan, bahkan sebelum ada apa-apa
kita sering ngadakan kegiatan kok, malah pak Walikota juga hadir kesini, kita pd
aja mbak, kondisi masih kotor pak Wali hadir kesini untuk launching, pokoknya
wes kita pd aja,” ujar Mustaqim.
Berkaca
dengan wilayah sampingnya yang sudah berkembang lebih dulu namun belum ada yang
mengelola, akhirnya dengan niat dan semangat pak Mustaqim berdirilah wisata
taman air ini. Perintah dari Kaliurang juga meminta Mustaqim untuk mengajak
teman-teman RW 08 kampung Mrican untuk mengelola wisata tersebut. Tampak tempat
irigasi tersebut digunakan untuk ikan nila. Untuk kedepannya kedua wisata ini akan
dijadikan satu kepengurusan, satu pokdarwis.
“Progres kedepan begitu nanti ada penataan seperti
ini, kita mau menghidupkan wisata malam,” tutur Mustaqim. Seperti penuturan
Mustaqim, gambaran wisata malam ini nantinya akan ada hiasan lampu pada pohon,
gapura, bahkan beliau juga ingin membuatnya pada kapal full lampu led. “Dengan
nanti lampu full led mungkin ditambah musik kan tambah meriah, saya yakin
wisata siang dengan malam mesti rame malam, karena sudah ada akses free wi-finya,
terus kalau siang sabtu minggu ada soto bumbungnya khas Gajah Wong, kalau malam
kita mau buka bakmi godhog Gajah Wong, spesialis bakmi godhog, itu konsep kita
kedepan,” jelas Mustaqim.